Monday 26 September 2011

Jemputan menemui Ilahi


Sebulan dua ini banyak kedengaran berita mereka yang pulang menemui penciptanya. Terbaru mantan Ketua Helwa ABIM Prof Dr Khalijah Salleh yang pergi menemui Allah Rabbul Alamin pada tanggal 17 Sep 2011. Didoakan roh beliau ditempatkan bersama roh orang2 mukmin serta bertaqwa kepada Allah. Di kampung halaman ku juga ramai kenalan dan saudara ku yang pergi menemui Ilahi selang antara 1 bulan jaraknya, ada juga selang antara1 minggu. Begitulah sudah menjadi sunnatullah yang mana setiap yang bernafas atau yang bernyawa pasti akan merasai kematian, cuma tidak tahu bilakah, dimanakan dan bagaimanakah saat nyawa ditarik dari halkum. Ini selari dengan peringatan Allah dalam surah Al-Imran ayat 185 bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Seperti yang difahami daripada kitab agama yang berbicara soal kematian, perkara kematian adalah hal yang mutlak. Sementara menanti saat yang pasti ini, apakah masing-masing dari kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum maut datang?
Apakah kita akan berleka-leka dan bersantai-santai dalam menghadapi maut ini?
Ataukah kita akan mempersiapkan diri untuk menjemput maut?
Di sana masih kedapatan orang yang lalai tentang  kehidupan setelah kematian serta  tidak ada  rasa takut menghadapi kematian. Tanpa disedari mereka semakin hampir dengan saat kematian dengan meningkatnya umur tahun demi tahun. Alih-alih mereka kembali kepada Maha Pencipta, mereka lebih suka untuk melakukan apa yang mereka fikirkan. Mereka hanya mempersiapkan diri untuk mahu hidup lebih lama sementara tidak menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian tersebut. Ketika saat kematian menjemput dirinya, jadilah mereka orang-orang yang miskin dengan bekalan alam akhirat.
Walaupun kita yakin, kita masih harus banyak mempersiapkan diri untuk hidup setelah kematian itu kerana belum tentu bekalan yang ada mampu untuk menyelamatkan kita dialam barzah dan di hari kiamat.
Kita bertanya pada diri kita, sudahkah kita menyiapkan bekal?
Kematian itu datangnya tidak mampu ditolak namun bukan bererti kematian tidak memberikan tanda-tanda kedatangannya. Sungguh beruntung bagi mereka yang mempunyai keluasaan waktu dan kesempatan untuk membaca dan memahami tanda-tanda tersebut. Hingga mereka telah menyiapkan sejak sedemikian lama.
Keluasaan waktu; mereka yang diberi umur panjang merupakan sebuah nikmat yang tiada terperi dalam menyambung kematian. Umur yang panjang adalah kesempatan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Tiada orang yang mampu menentukan berapa lama mereka hidup. Oleh karena itu, jangan leka dalam memanfaatkan waktu. Gunakan setiap detik untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian.
Kesempatan; ada sekian banyak kesempatan yang diberikan untuk memperkaya diri untuk menghadapi kematian. Mengajar ilmu, berpesan hal-hal yang baik hingga mempunyai niat yang baik merupakan kesempatan-kesempatan yang sangat berharga. Tidak semua orang mahu dan mampu untuk memanfaatkan kesempatan tersebut, hingga akhirnya menjadi orang yang menyesal. Oleh karena itu, manafaatkan setiap kesempatan yang ada untuk persiapan menerima jemputan menemui Ilahi.
Akhir kalam, bila mana ada salah satu anggota keluarga atau jiran tetangga atau rakan anda yang meninggal dunia, jadikanlah kesempatan itu untuk mengingatkan kembali mengenai bekal kita masing-masing. Bekal untuk mengikuti sebuah kejadian yang dialami orang yang telah pergi menemui tuhannya.Mengingat mati bukanlah alasan untuk menjadikan orang pemalas, melainkan pertanda mengingat pada tujuan dari kehidupan itu sendiri.

No comments:

Post a Comment

Browsed by others

Your weather just got better.